Islah Bahrawi Mengurai Dampak Metode Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan

- Rabu, 7 September 2022 | 20:34 WIB
Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI). (Fajarnusa.com/instagram/@islah_bahrawi)
Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI). (Fajarnusa.com/instagram/@islah_bahrawi)

FAJARNUSA - Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi, menguraikan dampak atas perilaku tindak kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia yang dianggapnya sangat ambiguitas dan anomali.

“Karena dunia pendidikan kita ini tidak boleh ada kekerasan, apalagi dunia pendidikan keislaman yang berbasis agama,” kata Islah Bahrawi, via pesan suara, Rabu 7 September 2022.

Pernyataan itu merupakan tanggapan Islah atas kejadian tindak kekerasan yang sedang marak terjadi di pondok pesantren.

Baca Juga: Motif Tewasnya Santri Pesantren Gontor Inisial AM

Islah Bahrawi mengatakan jika pihak penyelenggara pendidikan sampai kecolongan dengan adanya tindak kekerasan, baik fisik ataupun mental, maka ini akan menjadi embrio militansi yang overwhelming.

“Artinya militansi keagamaan yang akhirnya meluap-luap yang pada akhirnya disalurkan dalam kekerasan-kekerasan fisik, lain cerita jika sekolah-sekolah militer misalnya.” Ungkap sosok yang akrab di sapa Cak Islah.

Menurut Cak Islah sebenarnya kejadian seperti di Gontor ini bukanlah merupakan yang pertama kali.


“Di beberapa kampus, di sekolah-sekolah pelayaran pernah terjadi kekerasan yang berujung kematian ini. Dan amat saya sayangkan kalau ini terjadi di sekelas pondok modern Gontor.” tuturnya.

Islah Bahrawi sangat menyayangkan kejadian yang dialami seorang santri berinisial AM. Ia menyesali karena ada kata modern dalam lembaga pendidikan tersebut, sebab Gontor selalu melekat dengan kata Pondok Modern Gontor.

“Nah modern disini bukan merupakan suatu yang berhubungan dengan teknologi, tetapi dalam konsep pemikiran,” ungkap Cak Islah.

Menurut Cak Islah pesantren modern Gontor merupakan sekolah berbasis keagamaan islam yang seharusnya memiliki pandangan visioner.

Islah menegaskan, jangan sampai memberikan ruang kepada tindakan kekerasan seperti yang telah terjadi.

“kalau kita lihat kronologinya, bahkan pesantren itu sendiri menutup-nutupi kejadian ini. Inikan tidak mendidik sama sekali terhadap publik bahwa sebuah lembaga pendidikan berbasis agama ternyata berusaha menutup-nutupi kejahatan kemanusiaan yang terjadi didalamnya,” tegas Direktur Eksekutif JMI tersebut.

Islah menyimpulkan bahwa metodologi-metodologi pendidikan seperti ini saat ini memurutnya sudah tidak relevan.

Halaman:

Editor: Mauladi Fachrian

Sumber: Islah Bahrawi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

3 Chatbot AI Pintar, Simak Apa Bedanya

Jumat, 29 September 2023 | 22:00 WIB

Peranan Pengadilan Negeri Dalam Membantu Urusan Warisan

Jumat, 29 September 2023 | 20:55 WIB

Langit Menghitam Jakarta, Benarkah Polusi Udara (1)

Sabtu, 26 Agustus 2023 | 09:20 WIB

Pelajaran Dari Seorang Pejuang Tua

Selasa, 22 Agustus 2023 | 08:54 WIB
X